Contents
Jodoh Salah Alamat
Chapter IV (Ranti Septiani)
Perutku sudah keroncongan. Aku lirik jam melingkar di tangan kananku. Jarumnya menunjukkan pukul 12.00. Waktunya makan siang. Di kantor ini disediakan katering makan siang gratis. Hari ini aku mau maksi di luar aja.
Mendadak ingat Mas Rizky. Aku memutuskan PDKT dulu aja sama cowok itu sebelum aku menjawab perasaannya. Salah satu usaha PDKT mengajaknya maksi. Aku coba chat dia di WA.
Mas, sibuk nggak? Makan siang bareng yuk!
Tujuh kata yang sudah aku ketik terpaksa aku hapus demi satu alasan. Gengsi. Masa cewek duluan yang ajak cowok makan?
Ya sudahlah, aku makan sendiri aja. Aku beres-beres dulu. Ketika keluar ruangan, betapa terkejutnya aku melihat Mas Rizky sudah ada di lobby. Panjang umur. Nggak jadi WA, dia malah muncul duluan.
"Loh, ngapain kamu di sini?"
"Ngajakin kamu makan. Mau?"
"Boleh deh."
***
Mas Rizky ternyata membawaku ke lesehan gudeg sekitaran Malioboro. Agak kecewa soalnya tadinya aku mengidam makan di gudeg Yu Djum. Gudeg paling terkenal di Yogyakarta. Nggak apalah. Toh, masih sama-sama gudeg.
"Maaf banget ya aku cuma bisa bawa kamu maksi ke tempat seperti ini. Gaji kurir nggak seberapa," tutur Mas Rizky. Dari nada bicaranya terlihat jelas dia lagi insecure.
"Iya, nggak apa kok. Aku emang tadi pengen makan gudeg." Aku berusaha menghiburnya.
"Oh ya? Makanan favoritmu gudeg?"
"Untuk di Yogyakarta sih iya. Makanan favoritku sebenarnya masakan Mama. Sayang, beliau di Lampung. Kamu makanan favoritnya apa? Boleh kan aku nanya-nanya? Aku mau mengenal kamu lebih jauh sebelum menjawab perasaanmu."
"Ya boleh lah. Aku malah seneng dikepoin sama kamu. Makanan favoritku di Yogyakarta sih gudeg Lele goreng, aslinya Soto Betawi. Orang tuaku asli Betawi soalnya. Eh, dulu waktu SD kelas 1-5 tinggal di Lampung loh?"
"Oh ya? Kamu SD di mana?" tanyaku antusias. Ya kali aja Mas Rizky satu sekolah sama aku dulu di SD.
Tiba-tiba Mas Rizky merogoh saku celananya. Sepertinya ada telepon. "Bentar, aku keluar jawab telepon dulu ya."
Nggak sampai lima menit dia kembali. "Aduh, maaf banget nih. Kalau aku tinggal, kamu nggak apa? Soalnya aku disuruh bos antar barang penting."
Kesel sebenarnya. Belum apa-apa sudah ditinggalin. Satu sisi aku memahami tanggung jawabnya terhadap kerjaan lebih panting. "Iya, nggak apa kok. Nanti aku bisa pulang naik ojek online," balasku dengan memamerkan senyum manis.
***
Sepulang kerja, Susan sudah nangkring cantik di teras kontrakan.
"Akhirnya kowe balik juga. Aku wes nemu banyak informasi tentang Mas Rizky-mu itu." Susan mengeluarkan buku kecil dan menyerahkanya kepadamu. "Segala informasi tentang Mas Rizky udah aku catet di buku ini," sambungnya.
Aku baca catatan Susan. Waw, tiga halaman full tentang Mas Rizky. Aku sampai geleng-geleng. "Hebat kamu, San. Belum 1x24 jam, kamu udah dapat informasi sebanyak ini tentang Mas Rizky. Nemu info dari siapa?"
"Ada deh. Detektif Susan gitu loh." Susan mulai menyombongkan diri.
Nama : Rizky Kurniawan
Tanggal lahir : 21 November 1993
Makanan favorit : Soto Betawi
Penyanyi Indonesia favorit : Mikha Angelo
Orang tua asli Betawi. Waktu umur enam tahun pindah ke Lampung. Bapaknya pindah tugas ke sana. Saat naik kelas 6 SD dia balik ke Jakarta lagi.
Dari semua informasi tertulis, ada satu hal yang menarik perhatianku. Tulisan di paling akhir halaman pertama. SDN 01 Lampung Tengah.
Hah? Jadi Mas Rizky satu sekolah denganku. Mendadak aku teringat masa kecil. Dulu aku gendut banget. Nggak ada yang mau berteman sama aku. Hingga akhirnya ada kakak kelas yang mendekatiku. Dia sama sepertiku. Nggak punya teman juga. Kami menjadi akrab dan sering bermain di dekat pohon beringin belakang sekolah.
Kakak kelas itu bernama Rizky juga. Apa mereka orang yang sama? Aku harus memastikannya. Aku ambil HP. Lalu mengirimkan WA ke Mas Rizky.
Kalau nggak sibuk, tolong temui aku di tempat maksi tadi. Ada yang mau aku tanyakan. Penting!
"Oi ... Mau ke mana kowe?"
"Ada urusan dadakan penting!" teriakku.
***
Tiga puluh menit aku menunggu Mas Rizky, akhirnya datang juga.
"Maaf, telat. Tadi mesti antar paket dulu."
"Iya, nggak apa."
"Oh, iya apa yang ingin kamu tanyakan? Kayaknya serius banget ya."
"Benar kamu pernah sekolah di SDN 01 Lampung Tengah?"
Mas Rizky mengangguk mantap. "Iya, kenapa?"
"Masih inget sama cewek gendut bernama Septiani?"
"Ingetlah. Dia teman, sahabat bahkan cinta pertamaku. Dia satu-satunya orang yang menemaniku saat masih burik, culun. Namun, sayang kami harus pisah karena ortu maksa pindah waktu kelas lima. Kamu kok tahu soal Septiani? Jangan bilang..."
Tes.
Butiran bening jatuh dengan sendirinya dari pelupuk mataku. Benar kata orang, dunia memang sempit. Aku nggak menyangka akhirnya dipertemukan dengan orang yang aku rindukan selama belasan tahun. "Septiani itu aku. Nama panjangku."
Mata Mas Rizky melotot. "Serius?" Dia langsung memelukku erat. "Ya Tuhan akhirnya engkau mengabulkan doa-doaku selama belasan tahun ini."
Dari insiden pertemuan kembali dengan cinta pertamaku, aku semakin yakin mengambil keputusan untuk putus dari Gusti Riant.
***