Contents
KLAKLIK
Horror
Pendakian Maut
Zayyan dan Fatih kalah dalam tantangan yang diberikan oleh Rafael. Akibatnya, keduanya terpaksa harus ikut rencana Rafael yang ingin mendaki gunung. Sebuah gunung di daerah Jawa yang terkenal keangkerannya, menjadi tujuan yang sudah ditetapkan oleh Rafael. Ada enam orang yang memutuskan untuk pergi yaitu Zayyan, Fatih, Rafael, Manda, Nana, dan Aldo.
Semua keperluan dipersiapkan dengan matang. Sayangnya, Nana bermasalah pada saat meminta izin pada orang tuanya yang melarang gadis itu dengan keras. Walau begitu, Nana tetap nekat berangkat bersama teman-temannya dengan membohongi ayah dan ibunya.
Ketika baru saja tiba di kaki gunung, Manda menyadari bahwa tamu bulanannya muncul. Gadis itu tidak memberitahukan pada teman yang lain tentang dirinya yang sedang haid. Beruntung ia membawa persiapan pembalut. Sementara itu, celana dalam yang terkena sedikit darah justru dibuang begitu saja oleh Manda, dengan alasan tidak ingin membawa-bawa celana yang terkena darah sepanjang jalan.
Pendakian mereka mulai diganggu oleh makhluk tak kasat mata. Zayyan terus -menerus menyemangati kelima temannya. Ia berusaha membantu teman-temannya yang mengalami berbagai kesulitan. Zayyan juga tidak bosan memperingatkan Rafael dan Manda yang selalu berbicara kasar sepanjang perjalanan, tetapi tidak digubris oleh keduanya. Rafael bahkan melontarkan kata-kata tidak sopan sepanjang perjalanan.
Dimulai dari pos 3 menuju pos 4, gangguan yang mereka alami pun semakin banyak. Dua orang gadis yang ikut dalam pendakian itu, yaitu Nana dan Manda, tak henti-hentinya mengeluh capek. Di sini, Manda mengucapkan kata-kata buruk mengenai gunung yang mereka daki tanpa tahu bahwa penunggu tempat tersebut tersinggung akibat ucapannya. Berbagai gangguan yang mereka alami pun tidak membuat gadis itu menjadi takut malah semakin menantang.
Dengan banyaknya gangguan, Zayyan dan yang lainnya belum menyadari kesalahan apa saja yang sudah dilakukan. Mereka hanya terus melanjutkan perjalanan walau terasa semakin berat. Fatih yang pada dasarnya seorang penakut, menjadi bulan-bulanan Rafael dan ini membuat Zayyan kesal. Keduanya nyaris bertengkar dan dipisahkan oleh ketiga orang lainnya.
Akhirnya, keenam orang itu tiba di pos 4 setelah menyasar selama beberapa jam. Rafael semakin brutal dalam berbicara, memaki gunung yang sedang ia daki. Ia kesal karena perjalanan ternyata tidak semulus yang ia pikirkan. Di tempat ini, mereka diterjang angin kencang lalu Fatih dan Aldo kesurupan penunggu gunung tersebut.
Zayyan berusaha menyembuhkan kedua temannya sebisanya. Setelah Fatih dan Aldo sadar, mereka melanjutkan perjalanan ke pos 5. Zayyan dan Rafael kembali bertengkar di pertengahan jalan karena Rafael yang selalu berkata kasar dan tidak sopan. Fatih dan Aldo berusaha memisahkan keduanya kembali tetapi gagal.
Pada akhirnya, baku hantam pun tidak terelakan. Zayyan dan Rafael saling memukul satu sama lain. Fatih dan Aldo kembali melerai. Saat ini, rombongan mereka pun terpisah menjadi dua kubu. Fatih dan Nana tampak membela Zayyan sementara Aldo dan Manda membela Rafael.
Setelah perdebatan panjang, perjalanan pun kembali dilanjutkan sampai mereka semua tiba di pos 5. Rafael yang masih kesal dengan Zayyan, menendang tumpukan batu yang ada di area sekitar pos. Karena hari menjelang malam, mereka memutuskan mendirikan tenda di tempat itu.
Dua tenda didirikan dan Zayyan serta Rafael masih belum saling memaafkan. Rombongan itu terpecah menjadi dua dan tidak saling berbicara. Bahkan, tenda pun dibagi sesuai dengan kubu yang ada. Padahal rencana awalnya cewek dan cowok akan tidur terpisah. Akhirnya Nana satu tenda dengan Zayyan dan Fatih sementara Manda satu tenda dengan Rafael dan Aldo.
Usai makan malam, semuanya pun memutuskan untuk beristirahat. Lalu sekitar pukul sebelas malam, Zayyan mendengar suara-suara dari luar tenda. Ia pun membangunkan dua orang yang tidur di tendanya dan berniat mengecek ke luar. Ternyata, yang mendengar suara itu bukan hanya Zayyan karena Rafael, Aldo, dan Manda juga keluar dari tenda.
Rupanya, tidak jauh dari tenda mereka, terlihat sebuah pasar. Banyak pedagang dan pembeli membuat keenam orang itu keheranan, tetapi, karena penasaran mereka pun mendekat. Anehnya, orang-orang itu, baik pedagang atau penjual terlihat minim ekspresi. Bahkan, pakaian yang mereka kenakan juga terlihat aneh untuk zaman sekarang.
Zayyan melarang Fatih dan Nana untuk memakan apapun yang ada di pasar itu. Keadaan berbanding terbalik pada Rafael, Manda, dan Aldo yang sudah memesan beberapa makanan dan minuman. Ketiganya tampak menikmati suguhan yang dijajakan di pasar tersebut. Zayyan sudah melarang sayangnya mereka tidak menggubrisnya.
Aldo melihat sebuah batu berwarna merah yang tampak indah di jalanan ketika hendak kembali ke tenda. Karena tertarik pemuda itu pun mengambil dan menyimpan benda tersebut. Ia tidak menceritakan penemuannya pada teman-temannya karena takut mereka akan mengambil batu tersebut darinya. Aldo berencana menjualnya karena yakin itu adalah batu berharga jika dilihat dari bentuknya.
Seorang lelaki tua datang dan meminta enam orang itu mengikutinya sampai rumah. Pak tua itu menjelaskan bahwa mereka telah berada di alam gaib, dan kini nyawa mereka semua dalam bahaya. Pak tua yang bernama Mbah Yat beserta istri dan putranya, membantu enam orang itu untuk keluar dari alam gaib tersebut.
Namun, bukannya percaya Rafael, Manda, Aldo bahkan Fatih dan Nana justru mentertawakan Mbah Yat. Hanya Zayyan yang mendengarkan dengan seksama. Pria itu memperingatkan teman-temannya agar menjaga sikap. Sayangnya lagi-lagi Rafael dan Manda serta Aldo tidak mendengarkan Zayyan. Untungnya Fatih dan Nana mengikuti perintah Zayyan.
Mbah Yat memperingatkan mereka agar tidak main-main jika berada di gunung. Para penunggu gunung itu sudah tidak suka dengan kehadiran rombongan merek sejak awal pendakian. Mbah Yat berkata, karena kebaikan hati salah seorang di rombongan itulah yang membuatnya mau menolong.
Rafael yang pada dasarnya keras kepala, tidak mendengarkan peringatan Mbah Yat. Ia juga menolak bantuan Mbah Yat yang berniat mengantar mereka kembali ke bawah. Rafael berniat meneruskan perjalanannya sampai ke puncak gunung tersebut.
Alhasil, rombongan pun benar-benar terpecah. Rafael, Manda, dan Aldo berencana melanjutkan perjalanan sedangkan Zayyan, Nana, dan Fatih akan turun gunung. Sebelum berpisah, Mbah Yat berkata agar apapun benda yang mereka ambil dari pasar tadi untuk segera ditinggalkan dan jangan dibawa. Jika nekat tetap membawanya, akan ada hal buruk yang terjadi.
Aldo meraba sakunya dan lega karena batu yang ia temukan masih berada di sana. Ia tidak mengindahkan peringatan Mbah Yat, padahal kata-kata itu ditujukan untuknya. Aldo tidak akan mengembalikan batu berharga tersebut.
Mbah Yat meminta putranya yang bernama Kang Bahar untuk menuntun Zayyan, Nana, dan Fatih turun gunung. Setelah beberapa saat berjalan, rombongan mereka dikejutkan dengan kemunculan Manda yang sudah kacau balau. Entah bagaimana gadis itu bisa menyusul mereka padahal jaraknya sudah cukup jauh.
Manda meracau, mengatakan kalau Rafael dan Aldo ditangkap oleh makhluk gaib. Lalu, saat ini dirinya pun menjadi incaran para kuntilanak yang terus mengikutinya. Manda terlihat kacau dan juga terus menerus menangis dan berteriak histeris.
Ketika Kang Bahar hendak membantu, tiba-tiba saja Manda terpelanting ke belakang dan sosok penguasa gunung memperingatkan mereka semua. Ketiga orang itu akan dibawa ke kerajaannya karena sudah berbuat onar di gunung tempat tinggalnya. Ia tidak memberi ampun walau Kang Bahar sudah berusaha bernegoisasi.
Pada akhirnya, dari enam orang yang pergi mendaki gunung bersama-sama kini tersisa tiga orang saja. Bahkan jasad Rafael, Manda, dan Aldo tidak ditemukan di mana pun walau mereka sudah mencarinya dengan meminta bantuan tim penyelamat. Lalu, Zayyan, Nana, dan Fatih pulang dengan perasaan yang kacau tetapi tetap bersyukur karena masih berkesempatan untuk melanjutkan hidup masing-masing. Dalam hati mereka memanjatkan doa agar ketiga temannya bisa tenang di alam sana.
.
Show Reply (0) Add Reply