Try new experience
with our app

INSTALL

KLAKLIK 

Romance

Demi Cinta Aku Rela Menjadi TKW

"Saya terima nikah dan kawinnya Nofiya Hayati binti Ridwan Suhendra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Kalimat kabul yang terlisan dari bibir Jaenal menggetarkan hati Nofiya dan memaksa titik-titik embun yang bergelayut manja di kelopak mata menetes membasahi wajah ayunya. Nofiya berharap, Jaenal bisa menjadi imam yang diinginkannya. Imam yang mampu membimbing dan menyempurnakan keimanannya sebagai seorang mualaf. Nofiya juga berharap, kebahagiaan akan senantiasa mengiringi jejak perjalanannya bersama Jaenal menapaki lembar kehidupan yang baru. Merengkuh sakinah, mawadah, warahmah. Namun harapan Nofiya seketika pupus saat Sang Penulis Skenario Kehidupan menyentuhkan ujian di hidupnya. Ia harus rela menelan kenyataan yang teramat pahit setelah berstatus sebagai istri Jaenal. Ujian pertama yang dihadapi oleh Nofiya adalah kebangkrutan kedua mertuanya. Uang yang dimiliki kedua mertua Nofiya dibawa kabur oleh Dani, orang yang telah mereka bantu. Di saat Akbar dan Sari (kedua mertua Nofiya) bangkrut, rumah tangga Nofiya dan Jaenal diterjang badai yang hampir meluluh lantakkan bahtera rumah tangga yang baru saja mereka bangun. Pimpinan cabang bank tempat Jaenal bekerja, melarikan diri setelah melakukan kecurangan dan mengakibatkan kerugian bagi para nasabah bank, sehingga Jaenal didemo oleh saudara-saudaranya yang menjadi nasabah bank tersebut. Saudara-saudara Jaenal menuntut agar Jaenal segera mengembalikan uang mereka, meski sebenarnya bukan Jaenal yang harus bertanggung jawab mengembalikannya, melainkan atasannya yang kini melarikan diri. Dengan terpaksa, Jaenal menyanggupi tuntutan saudara-saudaranya. Ia bersedia mengembalikan semua uang mereka. Jaenal tidak ingin, masalah yang ditimbulkan oleh sang atasan merusak hubungan baiknya dengan saudara bahkan keluarganya. Ujian demi ujian datang silih berganti. Bukan hanya menyapa. Namun memeluk erat Nofiya dan Jaenal, sepasang pengantin baru yang semestinya tengah berbahagia. Satu purnama telah terlewati. Sang Maha Kasih meniupkan nafas kehidupan di rahim Nofiya. Semestinya Nofiya bahagia dengan kehadiran calon malaikat kecil di rahimnya. Namun karena tekanan dari saudara-saudara Jaenal dan ibu tiri yang teramat membencinya, menjadikan Nofiya mengalami depresi. Hampir setiap hari, Nofiya berhutang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan Jaenal. Sementara gaji yang diterima oleh Jaenal, dipergunakan untuk mengembalikan uang saudara-saudaranya dengan cara mencicil. Pasir waktu terus bergulir. Namun ujian masih saja setia memeluk erat Nofiya dan Jaenal, hingga tiba saatnya malaikat kecil yang mereka nanti akan terlahir ke dunia. Jaenal nekat membawa Nofiya ke rumah sakit meski mereka tidak memiliki uang sepeser pun. Tanpa Jaenal ketahui, Nofiya menderita baby blues syndrom setelah melahirkan putra pertama mereka, karena Jaenal terlalu sibuk dengan masalah yang tengah dihadapinya. Ketika Nofiya bingung bagaimana cara membayar biaya rumah sakit, Ridwan datang dengan membawa sejumlah uang. Sebagai seorang ayah, Ridwan sungguh tidak tega menyaksikan keadaan putrinya saat ini. Ia tahu, bahkan sangat tahu jika putrinya tengah terbebani permasalahan rumah tangga yang teramat pelik. Ridwan bermaksud ingin meringankan beban pikiran sang putri dengan membayar biaya rumah sakit tanpa sepengetahuan istri keduanya--ibu tiri Nofiya. Setelah diizinkan pulang dari rumah sakit, Ridwan membawa Nofiya dan sang cucu kembali ke rumahnya. Tentu saja bersama Jaenal. Selama tinggal di rumah Ridwan, Jaenal sering didatangi oleh saudara-saudaranya (para nasabah bank). Mereka menagih Jaenal dan melontarkan ancaman, sehingga membuat Ridwan merasa jengah. Demi rasa kasihnya terhadap Nofiya, Ridwan pun turut membantu Jaenal. Ia memberikan sejumlah uang pada menantunya untuk diserahkan pada para penagih. Maria teramat murka. Ia sungguh tidak rela jika Ridwan menggelontorkan uangnya untuk membantu Jaenal. Maria lantas berniat untuk menghasut Noval--adik kandung Nofiya. Noval yang masih berusia remaja dan temperamental mudah sekali terhasut oleh ucapan ibu tirinya. Bahkan Noval berkeinginan untuk menghabisi nyawa Nofiya--kakak kandungnya sendiri. Karena tidak ingin menyaksikan keributan di antara kedua buah hatinya, Ridwan terpaksa mengusir Nofiya dan Jaenal dari rumah. Ia berharap, Jaenal dan Nofiya mampu mengatasi permasalahan rumah tangga mereka sendiri. Ia ingin sang menantu bisa mandiri dan tidak terus menerus bergantung padanya. Dengan berat hati, Jaenal dan Nofiya keluar dari rumah Ridwan. Mereka tidak tahu, ke mana akan berteduh. Hati Nofiya teramat sakit. Ia sungguh tidak menyangka, ayah yang sangat dihormati dan dicintainya tega mengusir mereka. Tanpa Jaenal dan Nofiya ketahui, Ridwan berniat untuk tetap membantu mereka. Ia tidak benar-benar tega mengusir ataupun melepas putri yang teramat dicintainya, terlebih ada Kenzie--cucunya yang turut bersama mereka. Di saat Jaenal dan Nofiya hampir berputus asa, Marta--bibi Jaenal mempersilahkan mereka untuk tinggal di rumahnya. Selama tinggal di rumah Marta, Nofiya berusaha menahan amarah karena perlakuan Marta yang membuatnya mudah tersulut emosi. Marta yang ia sangka berhati baik, ternyata berperangai dan berkelakuan sama seperti Maria--ibu tirinya. Karena terpengaruh bujuk rayu dan janji-janji manis Erwin--teman sekelasnya saat masih duduk di bangku SMA, Jaenal memutuskan untuk resign dari bank dan bekerja di Kalimantan. Nofiya terpaksa mengizinkan dan melepas Jaenal untuk bekerja di Kalimantan sebagai seorang buruh kelapa sawit. Ia sangat berharap, gaji yang diterima oleh Jaenal akan bisa mencukupi kebutuhan hidup dan menutup hutang-hutang mereka. Selepas Jaenal pergi, Nofiya tidak hanya berdiam diri di rumah dan menyerah pada ujian yang tengah dihadapinya. Ia berjualan sprei dan pakaian yang dijualnya secara online untuk memenuhi kebutuhannya dan Kenzie setiap hari. Jaenal menelan kekecewaan dan hampir frustasi. Selama satu tahun bekerja di Kalimantan sebagai seorang buruh, ia tidak pernah mendapatkan gaji satu kali pun dari Erwin--mantan teman sekelasnya sekaligus pemilik perkebunan kelapa sawit tempatnya bekerja. Erwin selalu beralasan setiap Jaenal menagih gaji, sehingga membuat Jaenal merasa jengah dan bertekad pulang ke Jawa. Setibanya di Jawa, Jaenal menemui Nofiya dan menceritakan semua yang dialaminya selama bekerja di Kalimantan. Jaenal juga menceritakan pada Nofiya bahwa Erwin tidak pernah membayarnya. Ingin rasanya Nofiya mengumpat. Ia teramat murka pada Erwin yang telah mendzolimi suaminya. Setelah merenung dan berpikir, Jaenal memutuskan untuk membawa Nofiya dan Kenzie berhijrah ke Bali. Di Bali, Jaenal bekerja sebagai pengantar minuman isi ulang dan malamnya ia bekerja sebagai seorang driver Go-Success. Sementara Nofiya, ia membuka jasa les dan berjualan makanan ringan yang ia titipkan di warung-warung. Selain itu, ia juga bekerja sebagai seorang driver Go--Success. Jika mendapat orderan, tak jarang Nofiya membawa Kenzie untuk turut bersamanya. Ujian dan tempaan hidup tidak menyurutkan keteguhan Nofiya untuk terus mendampingi Jaenal. Ia bertekad untuk terus berjuang hingga Illahi mengakhiri ujian dan menyentuhkan bahagia di hidup mereka. Setelah berjuang di Bali selama satu tahun, Jaenal kembali dihubungi oleh Erwin. Untuk kedua kalinya, Jaenal kembali terpengaruh bujuk rayu Erwin. Erwin berjanji akan membayar semua gaji Jaenal jika Jaenal bersedia kembali bekerja padanya. Jaenal tidak lantas memberi keputusan. Ia berpikir dan berunding dengan Nofiya. Usai berpikir dan berunding, Jaenal memutuskan untuk kembali ke Jawa dan bekerja lagi pada Erwin. Sial!!! Lagi-lagi Erwin menipunya. Nofia sudah kehilangan kesabaran dan berputus asa. Namun di saat keputusasaan merajai jiwa, wajah polos Kenzie membuatnya tersadar bahwa ia harus tetap kuat dan semangat berjuang demi membahagiakan putra yang teramat dicintainya itu. Demi rasa cintanya terhadap Kenzie, Nofiya memutuskan untuk mengubah takdir dengan bekerja menjadi seorang TKW di Taiwan. Dengan berat hati, Jaenal mengizinkan Nofiya bekerja di Taiwan. Namun tidak dengan Kenzie. Anak laki-laki yang masih berusia 3,5 tahun itu mengusap wajah Nofiya yang terbingkai air mata. Sembari tersenyum ia berucap, "Mama nggak boleh nangis! Kenzie akan baik-baik saja di sini bersama Papa." Tangis Nofiya pecah. Direngkuh dan dipeluknya tubuh mungil Kenzie untuk yang terakhir kalinya sebelum ia terbang ke Taiwan. Setibanya di Taiwan, Nofiya bekerja pada keluarga yang teramat baik. Ia dipercaya merawat seorang wanita tua. Berkat kesabaran dan perjuangannya, Nofiya mendapatkan gaji yang lumayan besar, sehingga ia bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga kecilnya di tanah Jawa dan mencicil hutang-hutang. Terutama hutang-hutang Jaenal. Bukan hanya itu saja. Dengan gaji yang diperolehnya, Nofiya bisa mendirikan rumah di atas tanah pemberian ayahnya. Percayalah, tidak selamanya langit terlihat kelam karena pekatnya malam. Karena arunika akan hadir seiring senyum sang mentari di pagi hari. Menebarkan kehangatan dan menyinari duniamu dengan terang sinarnya.

Share