Contents
KLAKLIK
Romance
Hanya Sebatas Rasa
Ada banyak cara yang bisa mengungkapkan tentang perasaan. Salah satunya dengan mengirimkan pesan, seperti yang sering kita lakukan pada sanak saudara, orang tua, dan orang terkasih. Namun tidak dengan Adhyra. Cewek satu ini lebih memilih untuk mengungkapkan rasa simpatiknya pada seorang cowok idaman hati, bukan dengan tulisan atau ucapan, melainkan dengan gambar. Meskipun hanya sebatas goresan sketch manual, yang dirinya masih belum yakin akan semirip sang pujaan hatinya itu. Namun itu tak melunturkan hasratnya untuk terus mencoba. Sampai, sang kekasih bisa membalas dengan penghargaan yang disebut “acception”. Maklum gadis yang baru beranjak dewasa itu pantang menerima kata “rejection”.
Sampai suatu ketika, ada masalah besar datang dalam kehidupannya. Membuyarkan semua angan-angannya. Membuatnya jatuh dan tak bisa bangkit lagi. Mungkin juga untuk selamanya.
Sang Ayah dipindah tugaskan ke luar negeri, yang artinya dia dan semua anggota keluarga yaitu Ibu, Nenek, Kakak, dan Adiknya pun harus ikut pindah. Selama lebih dari 2 tahun ke negeri Paman Sam. Dalam hatinya ia masih saja berpikir musibah apa lagi yang akan ia terima, setelah berpindah tempat tinggal lebih dari 5 kali dalam 10 tahun.
“Apa tidak bisa setahun lagi Tuhan?” ucapnya seketika mendengar kabar kepindahannya itu dari sang Ayah sendiri. Belum lagi masalah sifat introvert atau penyendirinya yang belum bisa sembuh. Adhyra sudah divonis Disleksia oleh Dokter dan Theraphys di kota kelahirannya yang berjulukan kota kembang, Bandung.
Dia mengidap Disleksia sejak TK. Susah menghafal abjad, suka membalik-balik kata. Bahkan suka menghayal tentang masa depan lewat gambar tangannya yang sekedarnya di manapun dia suka. Juga masalah buruknya anger management yang setiap kali kambuh, dia harus menggigit kuku sambil menutup mata karena kalau sudah sangat parah, bajunya akan robek dan seketika berubah menjadi monster mengerikan. Hanya sekedar kiasan, tapi memang dia bisa berbuat yang abnormal, atau tak lazim. Seperti mengambil benda-benda tak terpakai di sekitar rumah, yang kalau digunakan sebagai kerajinan daur ulang bisa berfungsi sebagai hiasan cantik. Seperti frame daur ulang dengan hiasan bunga kering dan daun kering. Namun terkadang dia juga secara tidak sengaja memproses daun kering yang berjatuhan itu menjadi mirip dengan daun tembakau yang tidak bisa dibedakan dengan tembakau aslinya. Aneh, tapi itulah kenyataannya.
Namun tidak sampai itu saja. Dia bahkan mulai meramalkan sesuatu di masa depan. Seperti penglihatannya tentang wanita paruh baya yang sering bermasalah dengan para tetangga, namun Adhyra menggambarkan behwa wanita itu akan segera memiliki teman yang digambarkan sebagai wanita yang tidak lain tetangga sebelah rumah. Awalnya wanita itu tertawa, karena mengira gambar itu hanya gambaran seorang anak kecil, namun keadaan berubah setelah beberapa tahun. Sang ibu baru menyadari bahwaa ibu tetangga itu telah menemaninya dengan setia selama lebih 20 tahun tinggal di situ. Bahkan setelah berbagai macam masalah yang menimpanya dengan keluarganya. Sang ibu itulah yang mau menemaninya tanpa ragu sampai mereka tua.
Adhyra merasa masih punya banyak hutang dengan temannya Devny. Dia selalu meminjam buku pelajaran dan minta diajarkan mengerjakan PR yang diberikan Gurunya di sekolah SMU nya itu. Tapi Devny merasa senang hati mengajari Adhyra yang polos dan lucu itu. Terlebih Devny merupakan anak tunggal di keluarganya. Jadi selama ini dia sudah menganggap Adhyra lebih dari seorang teman, dia adalah saudaranya yang paling dekat dengannya. Satu lagi, Devny bisa sering-sering curhat tentang cowok idamannya di kelas sebelah. Sama-sama diuntung, apalagi jika Devny bisa dicomblangkan dengan Satrya oleh si tengil Adhyra yang mati-matian berusaha masuk kelas Atletik untuk bisa mengirim secarik kertas dari sahabatnya itu. Untungnya semua berjalan dengan rapi, Satrya akhirnya melihat Devny yang pemalu menjadi sedikit ceria setelah dekat dengannya. Usaha Adhyra pun tidak sia-sia.
Sudah 4 semester di kelas 12 SMUN Tunas Jaya di Bandung, Adhyra masih belum mau berterus terang pada Devny tentang siapa cowok yang disukainya. Terang saja sahabatnya itu semain penasaran. Diia sering mengintip Adhyra menggambar Sketsa wajah cowok yang diidolakannya diam-diam itu. Namun selalu saja tidak berhasil. Lama-lama Devny merasa bosan, dan memutuskan mengakhiri keingin tahuannya itu tentang masalah sahabat satu-satunya itu. Namun, Devny menanyakan langsung pada oraang terdekat Adhyra, yakni Mbok Sum, Asisten Rumah Tangga yang kerap memasakkan nasi goring kesukaannya setiap main ke rumah Adhyra. Namun tidak ada satu keterangan pun yang didapat dari Mbok Sum. Namun tiba-tiba, Mbok Sum menemukan secarik kertas bergambar wajaak laki-laki yang ganteng sekali katanya saat menelpon Devny diam-diam. Mbok Sum takut Nonnya marah, mungkin. Biarpun dengan modal secarik kertas sketsa bergambar laki-laki misterius, Devny pun merasa mendapat satu keterangan. Devny pun mengambilnya hari itu juga, dengan diam-diam seperti sedang mengambil barang penting. Mbok Suminah, lengkapnya sudah menjadi pahlawan besar bagi Devny.
Satu kabar didengar dari telepon rumah. Kala itu Ayah yang mengangkat langsung. Katanya mereka harus pindah ke luar negeri selama kurang dari 1 bulan karena tugasnya sudah mendesak. Ayah pun tidak enak saat mengatakan berita ini pada para anggota keluarga. Namun tugas itu mau tak mau memang harus diterima. Dan mereka harus mulai bersiap dari sekarang.
Devny mendengar kabar itu dari Mbok Sum, lagi lagi secara diam-diam. Mbok Sum takut Non Dhyra marah dan menuduhnya mencampuri urusan. Namun Devny berjanji menjaga amanat wanita paruh baya itu. Meskipun begitu, informasi itu sangat berharga baginya. Itu menentukan masa depan hubungan persahabatannya dengan Adhyra, sahabat yang paling disayanginya seperti adik sendiri.
Besoknya, Adhyra terlihat sangat lusuh. Dia tidak mau berkata seharian. Devny merasa masalahnya satu ini memang tidak harus dibicarakan di kelas. Takut banyak yang menguping. Namun Devny memahami hal itu. Ia tidak mau menyinggungnya soal kepindahan keluarganya hari itu, namuan memilih untuk menunggu Adhyra sendiri yang berinisiatif menceritakan hal itu padanya.
Sudah seminggu, keadaannya masih tetap sama. Adhyra tetap bungkam. Malah tambah parah, ia sering pulang terlambat. Kata Mbok Sum sekali lagi. Mbok sudah seperti Ibu kedua yang paling perhatian pada Nonnya satu itu ketimbang saudara yang lain. Namun Mbok tak pernah merasa kesulitan untuk mengambil peran sebagai Ibu bagi Adhyra karena sifat tertutup gadis itu. Devny akhirnya ingat, tentang gambar wajah yang diberikan Mbok Sum kala itu. Ia pun mulai bergerilya mencari tahu siapa yang disukai bestienya itu.
Setiap hari ia mencari tau siapa wajah yang digambar sahabatnya itu. Namun selama seminggu pencarian, tetap tidak ia temukan. Malah hubungannya dengan Adhyra kian renggang. Devny pun mulai putus asa, ia tak tau lagi harus mencari siapa cowok yang disukai sahabatnya itu. Sampai suatu ketika…
“Aduh!” Sebuah bola vollly meluncur tanpa permisi dan mengenai kepala Devny.
“Siapa sih yang pukul bola ini?!” teriak Devny sewot.
Wajah Devny sedikit merah karena bola itu tepat mengenai wajahnya yang cantik mirip artis Nayla atau Jessica Milla. Itu sebabnya Devny sering dipanggil Nayla oleh Satrya yang sangat suka nonton sinetron paling nge-hits tahun itu. Ganteng-Ganteng Srigala yang tayang tiap hari di salah satu TV Swasta.
“Maaf, saya nggak sengaja,” ucap seorang cowok yang datang dengan wajah pucat dan penuh keringat itu mendekat kearahnya, sambil mengulurkan tangan untuk membantu Devny berdiri setelah terjatuh tadi. Untung saja tidak terjadi sesuatu yang membahayakan.
“Ooh, rupanya yang pukulin bola gak pake mata itu kamu ya?!” celetuk Devny.
“Maaf, bukan saya yang pukul kok …” jawabnya meminta sedikit pengertian.
“Bukan kamu, terus siapa dong?” sekali lagi Devny meminta penjelasan pada cowok tinggi kurus itu.
“Tuh temen aku, si Diko …” akunya sembari menunjuk ke arah jauh di seberang.
“Woeiii Diko, lu tanggung jawab dong!!” serunya tanpa memperhatikan Devny yang terkejut mendengar dirinya berteriak lantang seperti itu.
“Ya udah gak papa. Lain kali aku bilangin ke Guru kalo main asal kaya gitu,” ancam Devny tak main-main.
“Iya kak maaf,” ucapnya sekali lagi sambil meminta bolanya kembali.
“Ya udah, ni bola lo,” tandas Devny sedikit emosi.
Akhirnya mereka pun meneruskan aktifitas mereka setelah merasa mendapatkan pintu maaf dari Devny yang memilih untuk melenggang ke tempat lain.
Setelah beberapa lama, Devny mulai berfikir untuk kembali pada tujuan awal, mencari siapa cowok yang digambar Adhyra. Pelan-pelan ia mulai ingat. Gambar yang diberikan Mbok Sum, sepertinya memberikan sinyal-sinyal kemiripan nyaris sembilan puluh persen dengan objek tadi.
“Wah harus balik nih, buat nyocokkin sekali lagi. Jangan-jangan salah lagi!” pikirnya dalam hati.
Tiba-tiba, Sesosok bayangan dibelakang Devny mendekat.
Saat Devny membalikkan badan, rupanya Adhyra yang sedang berdiri berhadapan dengan nya.
“Lho, Dhyra?” Devny berujar dengan netranya yang membola.
“Devny …” jawab Dhyra terbata.
“K-kamu sedang apa Dev?” tanyanya kemudian.
“O-oh gak kenapa napa Dhyr, kamu sedang apa??” jawab Devny.
Seketika Dhyra berlari meninggalkan Devny tanpa berkata-kata.
“Ahaa!! Teka-teki mulai terpecahkan!” serunya dalam hati.
Devny pun segera pulang. Dia segera mencari tau tentang siapa cowok penyuka olah raga Volly berbaju merah dengan ciri-ciri fisik seperti, berkulit kuning, mata belo, rambut ikal, dan tingginya sekitar 170 cm-an. Dia menanyakan hal itu pada Satrya. Satrya pun mulai mencari tau lewat teman-temannya. Tak lama Devny pun mendapat jawaban dari cowoknya itu. Namanya Albert, kelas 14 di SMU yang sama. Namun Devny lebih tertarik dengan masalah sudah atau belum punya gebetan. Namun Satrya masih ragu menjawabnya. Terpaksa Devny yang harus mencari tahu sendiri.
Share
.
Show Reply (0) Add Reply