Try new experience
with our app

INSTALL

KLAKLIK 

Religi

Kekasih Sang Pendosa (Sinopsis)

Sinopsis ‘Kekasih Sang Pendosa’

Sovia, gadis 19 tahun, memiliki phobia pada suara petir (Astraphobia). suatu malam setelah hujan, tanpa sengaja Sovia mendapati ibunya (Witri) sedang bercinta dengan Suwandy, pria tetangga yang juga merupakan cinta pertama Sovia. Rasa sedih, kecewa, dan sakit hati membuat Sovia memutuskan untuk meninggalkan rumah karena merasa muak dan jijik pada ibu dan juga Suwandy.

Kehidupan Sovia dalam pelariannya tentulah tak senyaman saat masih tinggal bersama sang ibu. Namun, bayang-bayang tentang pekerjaan ibunya yang seorang kupu-kupu malam, asal-usul dirinya yang tidak memiliki ayah, dan kejadian malam sebelumnya yang menjiijikan, membuat Sovia semakin mantap untuk pergi dan tak kembali lagi.

Sovia singgah dari masjid satu ke masjid yang lain hanya untuk beristirahat. Namun, beberapa peristiwa yang ia saksikan membuat Sovia merasa malu jika hanya sekedar numpang beristirahat saja. Ia pun memutuskan untuk belajar sholat dan menggunakan hijab. Sovia membeli beberapa baju muslim dengan uang hasil penjualan telepon genggam miliknya.

Bekal yang semakin menipis membuat Sovia harus segera mendapat pekerjaan. Ia melamar ke beberapa toko dan rumah makan, tetapi tak kunjung mendapat pekerjaan.

Suatu ketika, Sovia melihat gambar wajahnya terpampang di tempat umum sebagai orang hilang. Merasa takut seseorang akan mengenali wajahnya meski sudah menggunakan hijab, Sovia akhirnya memutuskan untuk bercadar.

Karena sering keluar-masuk masjid, Sovia menjadi sering pula mendengar tausiyah di masjid tersebut. Dia sangat tersentuh dan kagum dengan suara sang ustad yang sering bertausiyah di sana. Namun, karena jemaah perempuan dibatasi oleh kain penyekat, Sovia harus puas dengan hanya mendengar suara merdunya saja. Nama ustad itu adalah Ustad Rafiq.

Di lain tempat, Thalib, lelaki berparas oriental dan tampan, anak Haji Zakaria, seorang pengusaha waralaba dan pemilik yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, bertunangan dengan Dewi, wanita muslimah yang telah menjadi pujaan hati selama hampir dua tahun. Thalib sangat bersyukur karena kedua orang tuanya merestui hubungannya dan Dewi. Thalib menjadikan Haji Zakaria sebagai panutannya dan berjanji akan menjadi suami sebaik dan sesetia ayahnya.

Akhirnya, Sovia mendapat pekerjaan di sebuah rumah makan baru. Uniknya, di setiap hari Jum’at sang pemilik akan memberi makan dan minum gratis bagi siapa saja yang bisa menghafal surat Al-Kahfi meski hanya beberapa ayat saja.

Takut tidak diterima bekerja jika berterus terang, akhirnya Sovia berbohong dan mengaku bahwa dirinya adalah anak yatim-piatu.

Suatu hari Haji Zakaria kehilangan sandal saat berada di Masjid Al-Hikam. Sovia yang kebetulan sedang berada di sana membantu Haji Zakaria mencari sandalnya. Namun, karena tidak juga ditemukan, Sovia pun memberikan sandal yang dipakainya kepada Haji Zakaria.

Seorang dosen baru pengganti Pak Hariri mengajar mata kuliah Psikologi Islam diperkenalkan Pak Wardono kepada Thalib, dosen itu bernama Radit (Ustad Rafiq), nama lengkapnya Raditya Abdurrafiq.

Witri terkejut saat melihat seseorang yang mirip Sovia di sebuah hotel. Gadis itu bergelayut manja pada seorang pria yang lebih pantas menjadi ayahnya. Untungnya gadis yang Witri lihat bukanlah Sovia. Antara bahagia, sedih, dan takut membuat Witri memutuskan untuk berhenti menjadi perempuan malam dan menerima lamaran Suwandy yang bersedia menerima Witri apa adanya. Pada dasarnya Suwandy tahu apa yang Witri kerjakan selama ini.

Thalib mengantar Rizal pergi ke klub malam untuk menjemput adik perempuan Rizal yang mabuk di sana. Namun, alangkah terkejutnya Thalib saat melihat Dewi, tunangannya sedang menari bersama seorang pria. Celakanya, gadis itu menari dengan berpakaian seksi, tidak seperti Dewi yang Thalib kenal selama ini. Merasa dikhianati akhirnya Thalib pergi mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Di tengah jalan, tanpa sengaja Thalib menabrak seseorang yang ternyata adalah Sovia.

Sovia lumpuh. Thalib berjanji akan bertanggung jawab pada Sovia. Hubungannya dengan Dewi memang tak bisa dilanjutkan. Namun, bukan berarti Sovia dijadikannya sebagai pelarian. Thalib hanya merasa dirinya berkewajiban membuat Sovia sembuh atau jika tak bisa disembuhkan, setidaknya ia ingin berada di samping Sovia seumur hidup, dan cara yang paling mungkin adalah menikahi gadis itu. Namun, saat itu Thalib masih ragu untuk mengutarakan niatnya pada Sovia.

Sovia menjatuhkan sesuatu di atas meja. Saat hendak mengambilnya, seseorang telah terlebih dahulu mengambilkannya. Mereka pun berkenalan, dia adalah Radit. Setelah Radit pergi, seorang mahasiswa yang diam-diam tertarik pada Sovia meminta berkenalan, namanya Hadi. Hal itu diketahui Thalib yang tiba-tiba saja merasa tidak suka jika ada pemuda lain mendekati Sovia. Tanpa dia sadari, sebenarnya Thalib telah jatuh hati pada gadis bercadar itu. Merasa takut akan didahului pemuda lain, akhirnya Thalib memutuskan untuk melamar Sovia, dan Sovia menerimanya.

Kecemburuan membuat Dewi menyakiti Sovia dengan kata-katanya sehingga membuat Sovia menjauh dari Thalib. 

Beruntung, kelumpuhan Sovia tidak bersifat permanen. Berkat terapi yang intens dilakukan, akhirnya Sovia sembuh. Dan pada saat itu pula Sovia membebaskan Thalib dari tanggung jawabnya. Thalib tak terima karena pria itu terlanjur jatuh cinta pada Sovia. Dengan sekuat tenaga, akhirnya Thalib berhasil meyakinkan Sovia karena ternyata gadis itu juga sebenarnya sudah jatuh cinta pada Thalib.

Sovia memberanikan diri jujur pada Bu Marwah dan Pak Hamidi juga kedua orang tua Thalib (dan Thalib sendiri tentu saja), bahwa sebenarnya dia bukanlah yatim piatu, melainkan anak dari seorang wanita malam yang tidak tahu siapa ayahnya. Meski terkejut, tetapi mereka mau memaafkan kebohongan Sovia dan memintanya untuk menemui ibunya. Diantar Thalib, Sovia pun pergi menemui sang ibu dan meminta ampun atas kesalahannya. Tentu saja Witri merasa bahagia ditambah mengetahui kalau anaknya akan menikah dengan pemuda baik.

Pertemuan keluarga pun dilakukan. Namun, alangkah terkejutnya Witri saat mengetahui siapa yang akan menjadi besannya. Pria yang sudah menghamilinya dua puluh tahu lalu ternyata adalah Haji Zakaria, ayah Thalib!

Sovia dan Thalib adalah saudara seayah, sehingga tak mungkin pernikahan itu dilakukan.

Sovia kecewa, sedih, dan marah. Dia mengadu pada Allah di masjid. Tanpa Sovia sadari, seseorang yang juga berada di masjid itu mendengar semua yang Sovia ceritakan pada Tuhannya.

Setahun kemudian …

Bu Marwah merencanakan perjodohan Sovia. Sepenggal percakapan yang ia dengar saat berada di luar rawat inap (karena Bu Marwah sakit) membuat Sovia salah paham dan menyangka bahwa dirinya akan dijodohkan dengan Pak Hamidi. Merasa berhutang budi, akhirnya Sovia bersedia menerima perjodohan itu. Lagi-lagi Sovia terkejut, ternyata lelaki yang akan menjadi imamnya adalah keponakan Pak Hamidi yang juga dosen yang sering datang ke rumah makan, tak lain adalah Radit. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Sovia baru tahu bahwa ternyata Radit adalah Ustad Rafiq yang selama ini sangat ia kagumi meski hanya dengan mendengar suaranya saja.

Karena Haji Zakaria meninggal dunia, akhirnya Thalib menjadi wali nikah Sovia meski sebelumnya terhambat kendala yang nyaris membuat pernikahan Sovia batal.***

Share