Contents
KLAKLIK
Drama
Diambang Jiwa (Sinopsis)
Diambang Jiwa
Seorang pria memasuki tahun pernikahan ke delapan, dihadapkan pada masalah kepribadian ambang, trauma masa kecil, dan banyak kehilangan. Hal ini membuat hubungannya dengan orang terdekat sedikit berantakan. Apalagi saat sang istri memutuskan pindah rumah karena tidak tahan terhadap emosinya yang naik turun dan membahayakan anak mereka.
Kata kunci: kesehatan mental, kepribadian ambang, masalah pernikahan, parenting
Plotline
Ivan memutuskan menikah dengan perempuan yang baru 3 hari dikenalnya pada usia 20 tahun, saat masih kuliah semester 7. Sang istri, Dewi merupakan mahasiswi kampus lain berbasis islam yang hanya punya waktu 1 semester saja untuk menyelesaikan kuliah. Di bulan pertama pernikahan mereka, Ivan bekerja sebagai redaktur surat kabar, dan Dewi didiagnosa terkena mioma uteri. Karena bertekad menyelesaikan kuliahnya, Dewi meminta waktu penanganan masalah dalam rahimnya setelah kuliah.
Di hari pengangkatan mioma uteri, yang ternyata merupakan kista ovarium, dokter menyatakan seluruh rahim dan induk telur Dewi tidak dapat diselamatkan. Nyatanya, setelah berjuang lebih dari 2 jam di meja operasi, ovarium Dewi dapat diselamatkan sebelah.
Waktu berlalu, masalah keluarga baru mereka hadapi ketika adanya intervensi dari pihak keluarga Ivan. Hal ini membuat Dewi stres dan berimbas pada hubungan mereka. Ivan kerap kali tidak sabar menangani sikap Dewi sebagai istri, dan beberapa kali sempat membahayakan diri mereka berdua.
Hingga Akhirnya setahun berlalu, Dewi hamil, dan Ivan sedikit lagi menyelesaikan kuliahnya. Perjalanan kehamilan Dewi tidak mulus. Dia harus bedrest dan berkali-kali masuk rumah sakit. Ivan yang pada saat itu bekerja sebagai driver taksi online, menghabiskan waktu untuk menyelesaikan kuliah dan bekerja, kurang memberikan waktu untuk Dewi, menimbulkan masalah baru bagi mereka berdua, hingga Dewi marah dan nyaris menusuk perutnya sendiri dengan pisau.
Saat akhirnya anak mereka lahir, dan Ivan mendapat pekerjaan sebagai staff purchaser sebuah perusahaan, mental keduanya diuji dengan baby blues dan hal-hal lain yang membuat keduanya sering cek-cok. Setahun berlalu, Dewi memutuskan agar mereka tinggal terpisah dan hanya akhir pekan saja bertemu. Merasa perlu memperjuangan pernikahan, Ivan setujui. Dia membeli rumah di Pekanbaru, sementara weekdays bekerja di Perawang, sekitar 2 jam jarak Pekanbaru-Perawang.
Di 2020 Ivan kehilangan Ayahnya karena kanker, dan hubungan mereka kembali diuji atas kehilangan tersebut. Belakangan jika terjadi keributan, Ivan tidak lagi dapat mengontrol amarahnya, membuat takut anak mereka.
Awal tahun 2022, mereka pergi ke konselor pernikahan. Di sana terungkap bahwa ternyata Dewi mengalami trauma masa kecil. Ayahnya meninggalkan sang ibu dan menikah dengan pembantu rumah mereka saat Dewi masih berumur 3 tahun. Hal itu membuat Ibu Dewi mengalami depresi berat yang mengguncang jiwanya hingga kini. Selain itu, Dewi juga mengalami trust issue, dampak pelecehan seksual yang didapatkannya saat masih kecil.
Waktu berlalu, selama beberapa bulan keadaan baik-baik saja, mereka bahkan sempat berlibur ke pulau Bintan. Sepulang dari Bintan, beberapa teman dekat Ivan meninggal. Hal itu memicu Ivan stres, merasa kehilangan dan mengalami gejolak emosi saat berada di Perawang. Dia sendirian di sana, kadang menangis, kadang berteriak, kadang pula tertawa tanpa penyebab yang jelas.
Lelah akan emosinya yang naik turun, akhirnya Ivan memutuskan pergi ke psikolog klinis perusahaannya. Di sana dia menceritakan ketakutannya kehilangan istri, setelah sebelumnya saat masih SMA dia kehilangan teman dekat karena kanker darah. Selain itu, ketika berada di daerah konflik aceh, umur 6 tahun, Ivan sempat beberapa kali melihat langsung mayat-mayat dibuang di jalanan, gencatan senjata, dan sebagainya. Perundungan karena dirinya berbeda saat SD. Di momen konseling itu Ivan ingat dirinya bahkan sering menyakiti diri sendiri ketika dirundung, hanya karena tidak bisa membela diri. Penilaiannya terhadap sesuatu juga sering berubah-ubah. Dari konseling dan tes MMPI, ditarik kesimpulan bahwa Ivan mengalami gangguan mental yang disebut Borderline Personality Disorder, atau kepribadian ambang.
Menolak memercayai diagnosa psikolog, Ivan tidak menjalakan saran psikolog perusahaan agar dirinya pergi ke psikiater untuk penanganan lebih lanjut. Sebulan berlalu, moodswing, persepsi yang berubah-ubah, perasaan sedih, marah, kecewa, takut ditinggalkan dan lain sebagainya terus menghantui Ivan. Hingga dia memutuskan secara sepihak untuk resign dari pekerjaan dan tinggal bersama keluarga.
Hal ini membawa konflik baru dalam rumah tangga mereka. Dewi yang mulai kesal karena keputusan Ivan untuk menjalani kehidupan kerap berubah-ubah, kadang ingin mencari pekerjaan di luar, sudah menjalaninya, hanya seminggu memutuskan keluar, menulis novel yang tidak pernah selesai, hingga membuka usaha yang tidak dikelola dengan serius. Semua itu membuat mereka semakin terpojokan pada masalah-masalah.
Puncaknya adalah perdebatan panjang di sebuah malam, yang membuat anak mereka takut. Dewi memutuskan pergi dari rumah. Dua hari berikutnya dia kembali, hanya untuk berpamitan, meminta waktu menenangkan diri. Di saat itulah Ivan baru memberitahu Dewi mengenai kondisi psikologisnya, mengenai masalah BPD yang didiagnosa sejak pertengahan tahun 2022 tanpa penanganan lebih lanjut.
Dewi yang seorang lulusan psikologi, mengatakan mereka memang butuh waktu memikirkan segalanya terlebih dahulu.
Hidup terpisah, membuat keduanya berpikir. Kemudian Ivan memulai sesi terapi, yang membuat emosinya perlahan jadi stabil. Setelah semua kembali baik-baik saja, Ivan mengajak Dewi dan anak mereka kembali ke rumah untuk saling menyembuhkan atas luka masa lalu yang tak akan pernah hilang.
Sebelum benar-benar kembali ke rumah mereka, Dewi bertanya, keputusan Ivan menikahinya dalam waktu singkat saat diawal dulu, memilih bersama, apakah semua itu dipengaruhi oleh kepribadian ambang yang ada di dalam sana? Ivan menjawab, mencintaimu adalah keputusan paling waras yang pernah kubuat.
Share
.
Show Reply (0) Add Reply