Contents
KLAKLIK
Drama
Pencari Taubat (Sinopsis)
Premis: Kisah tiga bersaudara yang memilih jalan taubat berbeda hingga pada akhirnya mereka berubah jadi orang “yang bener”.
Sinopsis:
Robi anak sulung Pak Huda yang baru saja bebas dari penjara setelah mendekam selama lima tahun karena terlibat kasus pencurian uang dan emas di dua rumah mewah, masih marah dengan sang ayah yang dulu tak membelanya ketika ditangkap polisi.
Pulang ke rumah, Robi ingin melampiaskan kemarahannya dengan diam-diam membawa pergi semua barang berharga (perhiasan, uang, jam tangan mewah) milik Pak Huda, ayahnya yang ia tak tahu sedang sakit keras. Suster Rossi sempat memergokinya tapi Robi mengancamnya. Suster Rossi tak takut, ia malah teriak membuat Robi langsung kabur.
Di jalan, Robi bertemu dua teman sesama pencuri dulu, ingin mengajaknya mencuri lagi. Robi yang masih dendam karena dulu kedua temannya itu malah ninggalin dia hingga bikin dia ketangkep dan dipenjara lama, langsung nolak. Dua temannya tak terima dan kepingin merampok barang berharga (perhiasaan, uang, jam tangan mewah) yang dibawa Robi. Tapi Robi melawan. Karena kalah jumlah dan tenaga, Robi dihajar sampai pingsan. Dalam pingsannya, Robi didatangi sosok sang ayah yang memintanya bertaubat sebelum ajal menjemput. Robi yang dalam kondisi marah pada sang ayah langsung emosi. Memaki-maki sang ayah. Lalu melampiaskannya dengan berjalan tak tentu arah.
Seolah ada yang menuntunnya di tengah kebingungan, Robi mendatangi sebuah masjid. Robi kaget ketika tahu Hasan teman masa kecilnya kini jadi takmirnya. Robi mengutarakan ingin tobat dan tak mau lagi jadi anak papa. Hasan senang mendengarnya. Kemudian memberitahu kalau Pak Huda sedang sakit keras. Robi kaget mendengarnya, tak menyangkanya. Robi menyesal sudah membawa pergi berharga sang ayah dan memaki-maki sang ayah setelah datang dalam mimpi saat ia pingsan. Robi berharap ia bisa menebus kekhilafannnya itu. Hasan lantas meminta Robi agar lebih memperhatikan Pak Huda sang bapak. Robi mematuhinya.
Kembali ke rumah, Robi bertemu Suster Rossi. Robi minta maaf dan minta kejadian tadi dirahasiakannya karena ia ingin taubat dan mengurus sang ayah. Suster Rossi senang mendengarnya lalu berkenalan. Robi menemui sang ayah yang terbaring sakit, lalu menangis meminta maaf dan berjanji akan bertaubat serta merawat sang ayah. Kemudian ia dan Suster Rossi bersama-sama merawat Pak Huda. Robi berusaha mengajak kedua adiknya untuk merawat sang ayah. Tapi Toni dan Nita ogah, lebih suka foya-foya. Karena sering bersama merawat Pak Huda, Robi dan Suster Rossi diam-diam saling suka. Tapi Robi lebih mengutamakan sang bapak dan mengorbankan rasa cintanya. Karena tak ingin memberatkan derita sang bapak, Robi memutuskan untuk bekerja di tempat lain bukan di perusahaan sang bapak. Tapi lantaran ia pernah masuk penjara, sulit dapat pekerjaan. Robi pun akhirnya memutuskan merawat sang bapak saja.
Sang ayah ingin Robi mengajak dua adiknya yakni Toni dan Nita untuk taubat. Sama seperti Robi dulu, apa saja keinginan Toni dan Nita.selalu dituruti Pak Huda ketika masih sehat dulu. Keduanya juga dimanja. Setiap ada persoalan, Pak Huda selalu membela tak peduli Toni dan Nita benar atau salah.
Karena itulah, Toni jadi senang hura-hura, mabuk dan suka berjudi. Semetara Nita suka memalak orang kampung, seolah tak takut karena ia yakin Pak Huda akan membelanya.
Toni diam-diam suka pada Suster Rossi lalu memberinya banyak hadiah dari menang judi. Tapi Suster Rossi menolak dengan halus. Toni tak menyerah untuk mendapatkan perhatian Suster Rossi.
Sedang Nita diam-diam disukai Hasan, takmir masjid kampung yang ingin mengajaknya ta’aruf tapi Nita tak mau. Hasan pantang menyerah. Ia melakukan pendekatan pada Toni sang kakak agar lebih mengenal watak Nita. Sayangnya Toni malah memanfaatkan itu dengan sering memintai sejumlah uang yang nanti dipakainya judi.
Robi sendiri tak berani mengajak kedua adiknya untuk taubat karena ia sendiri sedang belajar taubat. Tapi Robi punya ide, ia meminta bantuan takmir masjid kampung yakni Hasan. Lalu Robi bercerita panjang lebar masalah yang sedang dihadapi sang ayah. Hasan memberikan berbagai nasehat agama nan bijak kepada Pak Huda. Tapi nasehat itu belum memuaskan Pak Huda bisa membuat Toni dan Nita agar bisa cepat taubat. Robi ingin Hasan memberikan ceramah untuk menakuti kedua adiknya agar cepat taubat. Hasan jelas tak mau karena itu perbuatan yang tak baik dan ia bisa dilaporkan ke Polisi. Pak Huda dan Robi terus memohon karena ini satu-satu cara membuat keduanya bisa tobat. Hasan terpaksa menyanggupi permintaan Robi dan Pak Huda.
Hasan lalu membujuk Toni dan Nita untuk mau mendengarkan ceramahnya di masjid. Robi juga ikut membantunya. Toni dan Nita tak menggubris, keduanya malah curiga ada apa-apa. Biar keduanya tak curiga terlalu jauh, Robi mengiming-imingi uang agar mau mendengakan ceramah Hasan. Begitu tahu ada uangnya, Toni dan Nita langsung mau.
Malam harinya, Robi dan kedua adiknya datang ke masjid. Tapi Toni dan Nita kaget (sedang Robi pura-pura kaget) saat tahu yang hadir hanya mereka bertiga. Hasan beralasan ini ceramah khusus untuk ketiganya. Toni dan Nita tak mau dan hendak pergi. Robi mengingatkan uang yang sudah diberikannya harus dikembalikan. Toni dan Nita jelas sudah menghabiskan uangnya, mau tak mau harus ikut mendengarkan ceramah bersama Robi. Hasan yang tahu Toni dan Nita dapat uang dari Robi untuk ikut ceramahnya marah besar kepada Robi. Hasan tak suka cara Robi, ia ingin Toni dan Nita datang karena niatnya sendiri bukan oleh uang. Robi langsung minta maaf kepada Hasan.
Hasan menerima permintaan maaf Robi lantas segera memulai ceramahnya. Dalam ceramahnya, Hasan banyak menyinggung soal kematian, bagaimana kematian datang tanpa ada yang tahu dan rasanya sakaratul maut bagi orang yang belum taubat dari perbuatan maksiat. Membuat Toni dan Nita ketakutan mendengarnya. Bahkan Robi yang menyarankan Hasan untuk membuat ceramah itu juga ketakutan. Hingga ketiganya terus kepikiran soal kematian ketika tiba di rumah hingga terbawa mimpi. Toni dan Nita dalam mimpinya masing-masing ditemui sosok sang ayah yang memintanya taubat sebelum ajal menjemput.
Sering mendapat mimpi didatangi sosok sang ayah, Toni bukannya sadar dan ikut merawat sang ayah, ia malah stress. Membuatnya lebih banyak mendekam di kamar. Perlahan mulai berhenti minum, menjual semua botol bekas minuman keras yang ia punyai ke pemulung. Uangnya, ia belikan sajadah dan baju bersih untuk dipakai shalat di masjid kampung. Semuanya diberitahukan pada Suster Rossi dengan harapan agar ada simpati. Tapi Suster Rossi tak menggubris, Ia lebih memperhatikan Robi dan Pak Huda. Toni kesal dan marah mengetahuinya. Lalu memutuskan pergi dari rumah. Menginap di masjid kampung.
Sering mimpi didatangi sosok sang ayah ternyata tak membuat Nita mau taubat, ia tetap asyik memalak. Uangnya ia gunakan untuk foya-foya. Ketika habis dan perutnya lapar, Nita baru jadi frustasi. Ia nekat mengutil di minimarket tapi usahanya gagal. Ia malah tertangkap lalu diserahkan ke Polisi. Nita pun mendekam di penjara. Nita semakin kecewa pada sang ayah karena tak membelanya kini. Nita jadi benar tak peduli lagi pada sang ayah. Nita mencoba minta bantuan pada Robi. Tapi Robi tak bisa berbuat banyak. Nita jadi kesal dengan Robi dan tak mau lagi berbicara dengan Robi. Untung ada Hasan yang selalu menjenguk dan menyemangati Nita di penjara, tak lupa ia mengajaknya bertobat. Sayangnya Nita malah cuek dan belum mau taubat .
Sementara di tempat lain, Robi yang menyadari kematian akan bisa datang kapan saja, benar-benar ingin bertaubat. Lalu pergi meminta maaf ke rumah dua orang yang hartanya pernah dicuri dulu, Bu Ayu dan Pak Seno.
Bu Ayu langsung memaafkan Robi dan sudah mengikhlaskan harta yang dulu dicuri Robi, bahkan Bu Ayu menawarinya pekerjaan jadi sopir di rumahnya tapi Robi menolaknya karena ia akan berkonsentrasi merawat sang ayah.
Sementara Pak Seno tak terima dan menuntut seluruh harta yang dicuri Robi untuk dikembalikan. Tapi Robi tak sanggup. Pak Seno marah, dipanggilnya beberapa orang bodyguardnya untuk menghajar Robi. Tubuh Robi pun babak belur kena hajar. Dan dilarikan ke Rumah Sakit.
Di Rumah Sakit, Robi merasa agak baikkan. Tapi Robi malah dikagetkan oleh dokter yang mengatakan ia terkena maag akut akibat ketika masih di penjara dulu, Robi sering telat makan dan berlanjut hingga saat ia merawat sang ayah.
Kalau ingin sembuh, Robi harus mau dirawat total di Rumah Sakit. Tapi Robi tak mau, ia ingin lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk merawat sang ayah. Tak lupa ibadah shalat lima waktu pun selalu ia laksanakan.
Toni yang tak mau merawat sang ayah, kini lebih banyak menghabiskan waktu di masjid kampung untuk melaksanakan shalat wajib dan sunnah. Ia tak lagi peduli keadaan sang ayah. Bagi Toni, ia benar-benar hanya ingin bertaubat dan berserah diri kepada Allah SWT. Toni tak peduli lagi pada sang ayah, yang ia pentingkan hanya untuk kebaikkannya saja di Akhirat kelak. Makan, tidur hingga mandi juga Toni lakukan di beranda dan kamar mandi masjid kampung.
Kelakuan Toni ini jelas membuat jengkel Hasan sebagai takmir masjid dan juga warga sekitar. Toni menjelaskan kalau kematian akan datang menghampirinya dan ia ingin mati di masjid tapi tak ada yang percaya karena melihat tubuh Toni segar bugar dan masih doyan makan. Hasan dan warga kampung lalu memanggil Robi untuk membawa pulang Toni ke rumahnya. Toni yang tahu akan dibawa kembali ke rumahnya langsung kabur. Ia pun luntang-luntung tak tahu tujuan.
Sementara di penjara, Nita yang tiba-tiba terngiang ceramah Hasan soal kematian, lalu berteriak-teriak ketakutan melihat sosok sang ayah muncul mengajak pergi ke Akhirat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Beberapa tahanan wanita lain menganggap Nita sudah gila jadi ketakutan. Polisi lalu membawa Nita ke Rumah Sakit Jiwa. Tapi di tengah jalan, ia berhasil kabur lalu bersembunyi di sebuah rumah kosong.
Malam itu di rumah, Robi bersama Suster Rossi dan tetangga-tetangga sekitar rumah membacakan Ayat Kursi untuk sang ayah, Pak Huda. Suster Rossi semakin kagum pada Robi. Keesokkan harinya, Robi kaget sang ayah ternyata sudah meninggal. Robi sedih sekali, begitu juga Suster Rossi. Robi berusaha menghubungi dua saudaranya tapi tak ada jawaban (entah hilang atau memang sudah dijual). Robi malah mendapat telepon dari Hasan kalau kedua saudaranya sedang ada di luar rumah dan tampak marah sekali.
Robi segera menuju ke rumah Hasan. Ia menemukan kedua saudaranya di luar rumah, dalam keadaan marah dengan pakaian compang-comping. Robi lalu menceritakan kalau sang ayah sudah meninggal dunia. Kedua saudaranya tak mau percaya begitu saja. Tapi ketika melihat Robi mulai menangis tersedu-sedu, kedua saudaranya percaya dan mau pulang ke rumah.
Di rumah, Toni dan Nita menangis keras di depan jasad sang ayah, menyesali tak pernah merawat sang ayah, hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Robi, Toni dan Nita dengan sedih melepaskan kepergian sang ayah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selesai pemakaman, Robi menceritakan apa yang diminta sang ayah sebelum meninggal. Yakni ingin Toni dan Nita taubat. Toni dan Nita yang merasa menyesal serta bersalah karena tak pernah merawat sang ayah semasa sakit langsung taubat.
Sementara nasib Hasan di ujung tanduk, ia dilaporkan Toni ke Polisi atas tuduhan menebarkan ketakutan. Tapi ketika Hasan hendak dibawa ke Polisi, Nita meminta Toni mencabut laporannya setelah ia bertemu empat mata dengan Hasan. Dari cerita Hasan, Nita akhirnya tahu acara ceramah itu dibuat karena disuruh Robi dan Pak Huda. Lalu menyampakannya kepada Toni. Dan Toni mempercayainya kemudian mencabut laporannya. Hasan tak jadi dilaporkan ke Polisi. Robi meminta maaf kepada Toni dan Nita jadi ketakutan akan kematian. Toni dan Nita memaafkan sang kakak karena tahu Robi ingin keduanya bertaubat dan itu berhasil.
Perusahaan dan kekayaan milik sang ayah pada Robi, Toni dan Nita. Tapi ketiganya tak mau memimpin perusahaan. Lalu sepakat menunjuk Pak Ramdan yang semula wakil direktur ditunjuk jadi direktur.
Suster Rossi lalu memberitahu Robi kalau ia suka padanya. Tapi Robi ingin fokus belajar agama kepada Hasan untuk menebus dosa-dosanya di masa lalu, menolak cinta Suster Rossi. Membuat Suster Rossi sedih dan berusaha memakluminya. Perhatian Suster Rossi kini beralih pada Toni sudah benar-benar taubat dengan membuka usaha berjualan bakso keliling kampung. Diam-diam Suster Rossi mulai membuka hatinya untuk Toni. Dan Toni tahu itu. Lalu ia menyatakan cinta dan diterima Suster Rossi. Keduanya lantas setuju untuk menikah.
Nita menemui Hasan di masjid kampung. Lalu memberitahu Hasan kalau ia ingin taubat dan meminta Hasan menunggunya sampai ia keluar penjara. Hasan bersedia menunggu Nita hingga keluar penjara dan akan menikahinya selepas itu. Setelah bertemu Hasan, Nita menyerahkan diri ke polisi.
Baru beberapa hari belajar agama, Robi jatuh sakit. Sakit maag akut Robi kian parah sehingga mengharuskannya mondok di Rumah Sakit. Dokter memvonisnya sakit gagal ginjal kronis. Dan harus secepatnya menjalani cuci darah. Suster Rossi sebenarnya sudah menaruh curiga pada Robi yang sering mengeluh sakit perut saat bersama merawat Pak Huda dulu tapi pas ditanya hanya dijawab sakit perut biasa.
Kedua adik Robi, Suster Rossi dan Hasan diberitahu kalau Robi harus segera.menjalani cuci darah. Suster Rossi yang baru tahu Robi terkena sakit gagal ginjal lalu berusaha keras membantunya cuci darah, tentu saja atas seizin Toni sang suami. Toni dan Hasan juga ikut membantu Suster Rossi. Sedang Nita mendoakan Robi dari penjara. Beberapa bulan kemudian, sakit Robi kian parah dan koma. Ketiganya dan Hasan berharap ada mukjizat untuk kesembuhan Robi. Sayangnya Robi meninggal setelah seminggu koma. Dan langsung dimakamkan hari itu juga.
Nita kaget dikabari Robi sudah meninggal. Tak percaya. Lalu meminta polisi memberinya waktu keluar untuk melayat. Ketika di rumah duka, Nita pingsan mengetahui sang kakak yang sangat ia sayangi meninggal dunia dan sudah dimakamkan sehari sebelumnya.
~Tamat~
Karakter List
Robi : Ekstrovert (22 th), anak sulung Pak Huda, ganteng, perokok berat, baru keluar dari penjara setelah mendekam lima tahun karena terlibat pencurian dua mewah, pingin taubat.
Toni : Ekstrovert (20 th), adik Robi, seorang pengangguran, gemar berjudi bola atau judi kartu/judi nomor, diam-diam suka pada Dokter Rossi.
Nita : Ekstrovert (17 th), adik bungsu Robi, tomboy, paling dimanja Pak Huda, remaja putus sekolah, kerjaannya suka memalak orang di kampung.
Pak Huda : Ekstrovert (55 th), duda tiga anak (Robi, Toni , Nita), suka memanjakan ketiga anaknya, istrinya meninggal saat melahirkan Nita, Pak Huda kini sedang sakit keras. .
Suster Rossi : Introvert (20 th), cantik, pintar, suster yang merawat Pak Huda, diam-diam suka Robi.
Bu Ayu dan Pak Seno : Ekstrovet (40 th – 45 th), pemilik dua rumah mewah yang pernah dibobol Robi. Bukan suami istri.
Hasan : Ekstrovet (22 th), ustaz kampung, seorang takmir masjid, teman masa kecil Robi. Suka pada Nita, pernah mengajak Nita ta’aruf tapi ditolak mentah-mentah oleh Nita.
Yogyakarta, 20 Maret 2023
... (more) Share
.
Show Reply (0) Add Reply